Home > Kalimantan
Tahun 2016, Ada 5 Kasus Rabies Dan 65 Kasus DBD
March 26th, 2016 | 07:35 AM | 3830 views
MELAWI, KALIMANTAN BARAT: Hingga saat ini kasus rabies masih saja menghantui Melawi. Meskipun tidak banyak, namun status Kasus Luar Biasa (KLB) rabies belum dicabut oleh pemerintah. Kendati telah menurun kasus gigitan yang disinyalir dari anjing yang tertular virus masih terjadi.
Kasi Kesehatan Hewan dan Kesmapetriner, Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan (Distanak) Melawi, Teodoria mengatakan sejak Januari 2016 pihaknya mendapatkan lima laporan kasus gigitan anjing, yang diduga terkena virus rabies.
Beberapa laporan kasus tersebut terjadi di Melamut Kecamatan Pinoh Utara, dan Desa Nanga Kompi Kecamatan Sayan. “Dari laporan ada lima kasus gigitan," Katanya saat dihubungi melalui telepon karena sedang ada kegiatan di Pontianak.
Dia memastikan, kegiatan vaksinasi terhadap Anjing terus dilakukan. Saat ini pihaknya masih memiliki stok 400 vaksin bantuan dari Pemerintah Provinsi.
“Ya untuk vaksinasi masih tetap kita lakukan, dan saat ini masih ada 400 stok vaksin ,” ungkapnya.
Berbeda dengan laporan yang didapati Distankannak Melawi, Dinas Kesehatan Melawi, pada 2016 ini baru mencatat laporan satu gigitan yang terjadi baru-baru ini di Desa Melamut Kecamatan Pinoh Utara. Pihaknya sudah memberikan penanganan medis terhadap kejadian tersebut.
“Kasus satu gigitan itu didesa Melamut Pinoh Utara. Sudah kita tangani dan kondisinya baik-baik saja,” kata Kepala Dinkes melawi, dr. Ahmad Jawahir.
Kadiskes memastikan, untuk KLB Rabies di Kabupaten Melawi belum dicabut. Dikatakanya antisipasi tetap dilakukan. Stok vaksinpun lanjutnya masih tersedia di Puskesmas-Puskesmas.
“Ya untuk status KLB masih diperpanjang,” ungkapnya.
Di tahun 2016 ini, KLB juga terjadi di Nanga Pinoh. Pada tahun 2016 ini, hingga 12 Maret lalu, tercatat 65 kasus DBD di Nanga Pinoh. Terkasit kasus ini, pihak Dinkes terus menggalakan pemusnahan jentik-jentik, karena jentik-jentiklah asalmula kasus DBD terjadi.
“Kalau untuk nyamuk, dia terbang kemana-mana dan susah dideteksi, dan paling antisipasinya melakukan penyemprotan. Tapi itu tidak efektiop. Sementara jika dengan melakuka pemusnahan jentik-jentik yang mudah terdeteksi, maka itu akan memusnahkan kasus itu, sehingga kedepannya ada kemungkinan tidak teerjadi kasus DBD lagi,” jelasnya.
Dinkes saat ini terus menggalakan pemusnahan jentik-jentik, bahkan Dibkes akan melakukan membentuk tim juru pemantak jentik (jumantik) di setiap desa serta di ssetiap rumah. “Minimal satu rumah itu ada satu Jumantik. Jika sudah berjalan, maka bisa kita pastikan jentik-jentik bisa dibasmi,” pungkasnya. (KN)
Source:
courtesy of KALIMANTAN POST
by KALIMANTAN-NEWS
If you have any stories or news that you would like to share with the global online community, please feel free to share it with us by contacting us directly at [email protected]